Translate

Showing posts with label ILMU PENDIDIKAN. Show all posts
Showing posts with label ILMU PENDIDIKAN. Show all posts

Monday, 11 October 2021

KAJIAN PEMBELAJARAN SENI DI SEKOLAH DASAR


#Pendidikan Seni di Sekolah Dasar

Pendidikan seni adalah salahsatu mata pelajaran yang mementingkan penggunaan anggota tubuh manusia yang berperan penting di sekolah. Terutama sekolah dasar sebagai sekolah pertama yang ditempuh peserta didik, guru harus mampu membaca setiap karakter anak, update, serta mampu menentukan strategi pembelajaran apa yang cocok digunakan dalam proses belajar mengajar, dengan begitu anak dapat berkembang sesuai tujuan pembelajaran seni.

Dalam dimensi pedagogis, pendidikan seni memiliki sifat multilingual, multidimesional dan multikultural, yang dapat membangun karakter seseorang untuk mampu berkomunikasi dalam toleransi, kearifan, kesepahaman dan kebersamaan. Karena pendidikan seni mencakup berbagai bidang kesenian. Seperti menurut Sukarya (2010:3.3.16) pendidikan seni mencakup:

1. Seni rupa, adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam menghaslkan karya seni berupa (lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak, dan sebagainya).

2. Seni musik, adalah kemampuan untuk menguasai olah vocal, memainkan alat musik, apresiasi karya musik.

3. Seni tari, adalah  keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari.

4. Seni teater, adalah keterampilan olah tubuh, olah pikir, dan olah suara yang pementasannya unsur seni musik, seni tari dan seni peran.

Dalam pendidikan seni juga terdapat konsep pendidikan seni yang terbagi menjadi dua menurut  Sukarya (2010:3.1.1.) yaitu:

1. Seni dalam pendidikan, yang bertujuan mewariskan, mengembangkan, dan melestarikan berbagai jenis kesenian kepada peserta didik atau dengan kata lain menjadikan peserta didik menjadi tenaga ahli dibidang seni.

2. Pendidikan melalui seni, yang bertujuan seni sebagai media atau alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Pada konsep ini peserta didik tidak dituntut menjadi tenaga ahli, tetapi lebih diperhatikan prosesnya daripada hasilnya.

Jadi pendidikan seni di sekolah dasar bisa menjadi pondasi untuk peserta didik mengembangkan dirinya baik kreatifitas ataupun motorik peserta didik.

 

# Strategi Pembelajaran Seni di Sekolah Dasar

1. Pengertian

Kata strategi atau ‘strategia’ adalah seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. (Al Muchtar,dkk., 2007: 1.2). Kemudian pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti pembelajaran adalah menyampaikan pikiran, ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran (Warsita, 2008: 265).

Menurut Seels dan Richey (1994: 31) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan rincian dari seleksi pengurutan peristiwa dan kegiatan dalam pembelajaran, yang terdiri dari metode-metode, teknik-teknik maupun prosedur-prosedur yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan. Singkatnya strategi pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran.

2. Kompenen pembelajaran

Menurut Dick dan Carey (1996: 184) menyebutkan bahwa terdapat lima komponen strategi pembelajaran, yaitu:

a. Pendahuluan

Sebelum memulai pembelajaran seni ada baiknya guru memiliki perencanaan dalam pembelajarannya. Sehingga saat di kelas nanti bisa dimulai dengan kegiatan berdoa, mengucapkan salam, materipembelajaran, tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran,hasil evaluasi dan apresiasi pada peserta didik dengan begitu pembelajaran dapat diterima secara optimal.

b. Penyampaian informasi

Disini guru akan menetapkan secara pasti informasi, konsep, aturan, dan prinsip-prinsip apa yang perlu disajikan dalam pembelajaran seni kepada peserta didik. Guru bisa akan memberikan materi pembelajaran dengan berbagai metode baik penjelasan lisan, praktik, penugasan, secara visual dan lain sebagainya. Sehingga ilmu yang diajarkan bisa diinternalisasikan ke peserta didik dengan baik.

c. Partisipasi peserta didik

Peseta didik sangat penting dalam kegiatan pembelajaran seni. Sehingga kesuksesan pembelajaran bergantung pada partisipasi peserta didik. Untuk tercapainya tujuan pembelajaran seni dilakukan di sekolah dasar guru harus pintar dalam mengambil atensi peserta didik dengan menggemas pembelajaran secara menarik dan interaktif, contoh belajar sambil bermain. Permainan manipulatif ini dapat membantu peserta didik lebih memahami materi yang diajarkan karena mereka memberikan atensi penuh saat pembelajaran seni yang dilakukan sangat menarik dan menyenangkan.

d. Tes

Digunakan guru untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan peserta didik baik yang sudah dimiliki ataupun belum. Tes di pembelajaran seni dapat dilakukan dengan berbagai cara tidak hanya secara tertulis saja, contohnya dengan praktik menggambar hewan dengan waktu yang telah ditentukan.

e. Kegiatan lanjutan

 Berhubungan dengan hasil tes yang telah dilakukan yang kemudian ditindaklajuti dengan pemberian tugas tambahan untuk dikerjakan dirumah, penjelasan ulang terkait materi yang belum dikuasai peserta didik, guru merekomendasikan media pembelajaran lain yang lebih mudah dipahami, memberikan motivasi dan apresiasi atas atensi peserta didik selama pembelajaran seni berlangsung agar peserta didik merasa dihargai.

#Pembelajaran Seni di Sekolah Dasar Indonesia

1. Pemasalahan

Dari berbagai refensi video yang saya tonton menggambarkan pembelajaran seni di sekoIah dasar Indonesia masih dilakukan secara teoritis saja, padahal pembelajaran seni lebih banyak pada kegiatan praktikal. Hal ini di karenakan kurangnya kualitas SDM (sumber daya manusia) dan media pembelajaran yang kurang memadai. Peserta didik di Indonesia kebanyakan hanya di tuntu untuk menghafal saja tanpa ada bekal pemahaman konsep dasar dari pembelajaran tersebut. Jadi banyak dari mereka hanya akan mengingat materi pembelajaran sewaktu ujian saja dan tidak dapat menginternalisasi hasil pembelajaran dengan baik.

2. Solusi

a. Meningkatkan kualitas SDM (sumber daya manusia), baik pihak guru dan peserta didik.

b. Mengoptimalkan media ataupun alat pembelajaran seni yang ada, jika memang tidak ada sebaiknya meminta kepada otoritas sekolah untuk mengadakan media atau alat itu demi keberlangsungan tujuan pembelajaran.

c. Menggunakan metode pembelajaran yang lebih beragam, meyesuaikan kebutuhan pembelajaran seni.

d. Menekankan pentingnya pembelajaran seni di sekolah dasar.

e. Mencontoh strategi pembelajaran seni yang dilakukan negara lain yang sudah berhasil melakukannya.

 

#Kesimpulan

Pendidikan ataupun pembelajaran seni harus dilakukan secara kreatif, menari, interakti, menggunakan berbagai macam metode permbelajaran dan strategi pembelajaran, terutama sekolah dasar yang berisikan anak-anak yang sedang semangat-semangatnya bermain. Diharapkan nantinya peserta didik memilki atensi penuh dalam pembelajaran seni, dapat mengambil manfaat dan ilmu dari setiap pembelajaran. Namun semua ini sangat bergantung pada cara guru beradaptasi  dengan strategi pembelajaran dan materi yang ada, sehingga guru yang mengajar harus benar-benar memiliki kualitas yang memadai sebagai pendidik, agar terciptanya insan-insan bangsa yang unggul. Maka strategi pembelajaran berberpan penting dalam tercapainya tujuan pendidikan.

 

#Referensi Video

https://www.youtube.com/watch?v=L9701H8PtUE

https://www.youtube.com/watch?v=BnNOhtNCO3c 

https://www.youtube.com/watch?v=uqGCX-VPyr0

https://www.youtube.com/watch?v=MMU3I44XHTg

https://www.youtube.com/watch?v=0LSbZmbvKng

https://www.youtube.com/watch?v=-NqmVOB--mY

https://www.youtube.com/watch?v=N2mvmFejdVM

https://www.youtube.com/watch?v=VKiOG2VgU40

Monday, 27 September 2021

SOSIAL DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

 1. Perbedaan Antropologi Fisik dan Antropologi Budaya = Yang paling mendasar tentu dari objek yang diteliti =

a) Antropologi Fisik : Objek pembahasannya adalah fisik manusia itu sendiri secara biologis atau bisa dibilang yang dapat terlihat secara visual. Contoh warna kulit, warna mata,  warna dan bentuk rambut, bentuk muka, tinggi badan, bentuk tangan dan kaki, bentuk hidung, dan lainya. Pembahasannya pun terbagi menjadi dua, Paleoantrapologi (yang mempelajari asal-usul dan evolusi manusia dari fosil yang ditemukan) dan Somatologi (yang mempelajari keanekargaman ciri-ciri fisik manusia secara keseluruhan).

b) Antropologi Budaya : Objek pembahasannya adalah hasil dari kebudayaan manusia itu sendiri, contohnya  tentang asal, sejarah, evolusi, bentuk dan fungsi kebudayaan manusia. Pembahasan ini pun masih terbagi lagi menjadi tiga bagian, pertama Arkeologi Prehistorya (fokus pada hubungan kebudayaan purba dengan peradaban modern). Kedua Etnologi (fokus pada sifat khusus kebudayaan dan kelompok manusia yang sangat beranekaragam dan memiliki batasan sebagai teori ilmu kebudayaan). Ketiga Etnolinguistik (fokus pada tentang bahasa yang digunakan manusia kuno dan modern).

 

2. Teori Perkembangan Kepribadian =

-> Teori Generalized Other (Menurut George Herbert Mead) :

a) Tahap Persiapan (Preparatory Stage) : Dialami sejak manusia dilahirkan, si anak pun sedang mempersiapkan diri untuk kehidupan sosialnya dan kemampuan menirunya masih belum sempurna. Contohnya lahirnya seorang bayi di suatu keluarga maka bayi ini akan ditanamkan nilai dan norma yang ada dikeluarga itu karena hasil dari pola asuh keluarga itu sendiri seperti tersenyum, tertawa jika senang, dan menangis jika sedih.

b) Tahap Meniru (Play Stage) : Anak mulai sempurna meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya, dan mulai terbentuknya kemampuan menempatkan diri menjadi orang lain atau empati. Contohnya anak memainkan mainan dokter-dokteran karena melihat dokter yang bekerja dirumah sakit.

c) Tahap Siap Bertindak (Game Stage) : Perilaku peniruan sudah mulai berkurang dan berganti dengan berperan yang secara langsung dengan penuh kesadaran. Contoh seorang anak sudah bisa membela saudara jika sedang diganggu orang lain dan anak sudah dapat bermain dengan teman-teman sebayanya.

-> Teori Looking Glass Self atau tentang persepsi individu (menurut Charles Horton Cooley) :

a) Tentang bagaimana dirinya terlihat oleh orang lain, contoh : anak mengggap bahwa dirinya lah yang paling cantik, jadi jika da orng yang mengatakan bahwa dia tidak cantik, si anak akan marah atau tidak terima.

b) Penilaian orang lain terhadap dirinya, contoh : anak yang dianggap nakal misal oleh orangtuanya cenderung akan bersifat nakal pula.

c) Perasaan individu tentang penilaian orang lain terhadap individu, contoh : ada satu anak yang datang dikelas selalu terlambat karena dia tidak memiliki kendaraan pribadi, namun anak-anak dikelasnya mencap dia sebagai “pemalas” maka individu lain pun akan menganggap anak yang terlambat itu pemalas.

-> Teori Delapan Tahap Perkembangan ( menurut Erik Erickson ):

a) Masa kanak-kanak awal, contoh : bayi-5/6 th, balit, pra sekolah

b) Masa bermain, contoh : anak aktif bermain bersama teman sebayanya.

c) Masa Sekolah, contoh : anak sudah mendapatkan pendidikan secara formal disuatu intusi pendidikan.

d) Masa remaja, contoh : ketika anak memasuki pubertas misalnya mengalami menstruasi ataupun perubahan pada fisiknya.

e) Masa dewasa pertengahan, contoh : pada masa memasuki bangku perkuliahan anak akan lebih mandiri dan matang dalam berpikir dan bertindak.

f) Masa Tua, contoh : seorang nenek yang sudah memiliki banyak cucu dan sudah sangat terbatas dalam beraktifitas ataupun ornag dewasa yang sudah berkeluarga atau bekerja.

 

3. Cara Pendidikan Dapat Menjadi Sarana Pelestarian Nilai yang Dianut Masyarakat, Bangsa dan Negara = 

Masyarakat pun tak mungkin bisa lepas dari pendidikan itu sendiri karena pendidikan berfungsi sebagai kunci penting dalam meningkatkan kualitas manusia itu sendiri. Maka dengan memasukan nilai atau normanya ada di masyakat kedalam suatu materi pembelajaran di pendidikan formal yang nantinya akan dipelajari secara nasional, dapat berdampak dengan terlestarikannya nilai-nilai budaya yang masih layak dipertahankan seperti bahasa daerah, kesenian daerah, budi pekerti, dan lainya. Contoh adanya kurikulum pendidikan yang mengadakan pelajaran muatan lokal.

Saturday, 26 December 2020

RUANG LINGKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN

 

 

A. Pengertian Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan adalah suatu proses dalam pengaturan organisasi atau lembaga pendidikan menjadi sistem untuk mengembangkan kemampuan SDM dalam rangka mencapai tujuan pendidikan suatu tempat tertentu.

 

B. Jenis

Ruang lingkup dari manajemen pendidikan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Menurut Wilayah Kerja (Manajemen seluruh negara, manajemen satu provinsi, manajemen satu unit kerja, dan manajemen kelas).

2. Menurut Objek Garapan (Manajemen siswa, manajemen ketenaga pendidikan, manajemen sarana-prasarana, manajemen tata laksana pendidikan, manajemen pembiayaan dan manajemen humas).

3. Menurut Fungsi Kegiatan (Merencanakan, mengorganisasi kan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengkomunikasi kan, mengawasi atau mengevaluasi).

 

C. Contoh Kasus

Pokok Permasalahan : Ruang Lingkup ( menurut fungsi kegiatan = mengawasi atau mengevaluasi ).

Di UNY setiap akan berakhirnya semester diadakan suatu penilaian terhadap kegiatan perkuliahan selama satu semester dimulai dari dosen, fasilitas, dan lainnya bernama “Emonev”. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk mengisi Emonev tersebut, tetapi menurut saya sendiri di UNY sendiri masih banyak kekurangan dalam hal mengevaluasi masalah yang ada di kampus. Hal ini di karena kan setiap semester saya selalu mengeluhkan fasilitas yang tidak memadai, namun masih tidak aada juga perbaikan fasilitas dari pihak kampus. Contoh nya rusaknya beberapa kamar mandi di GK IV dan hal ini tak juga diperbaiki, padahal sudah banyak mahasiswa yang mengeluhkan hal ini. Gedung GK IV sendiri adalah gedung bagi para mahasiswa jurusan pendidikan seni rupa dan kriya.

 

D. Analisis Kasus

Kasus di atas jelas contoh dari kegiatan manajemen pendidikan dalam ruang lingkup yaitu, mengevaluasi atau pengawasan. Dalam hal ini berarti terdapat kegagalan dalam proses kegiatan manajemen pendidikan itu sendiri. Hal ini dikarenakan kualitas SDM dan SDA yang tidak memadai, perlu kita ketahui bahwa suatu manajemen yang sukses sangat bergantung pada dua faktor itu. Dua hal itu juga harus seimbang dan tidak boleh berat sebelah. Karena jika hanya SDM saja yang bagus, tetapi SDA nya tidak memadai maka kegiatan manajemen pendidikan itu akan mengalami gangguan, begitu juga sebaliknya. Jadi di perlukan perhatian khusus dalam memilih sumber daya yang akan digunakan, baik itu manusia atau pun alamnya.

 

 

Daftar Pustaka

 

Burhanuddin, Afid. 2014. PENGERTIAN, FUNGSI, DAN RUANG LINGKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/17/pengertian-fungsi-dan-ruang-lingkup-manajemen-pendidikan/. Di akses pada tanggal 03 Desember 2020.12.

Monday, 26 October 2020

PENDIDIKAN SENI RUPA BERBASIS DISIPLIN

 Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin

 

APA ITU PENDIDIKAN SENI BERBASIS DISIPLIN (DBAE)?

“Pendidikan Seni Berbasis Disiplin adalah sebuah pendekatan untuk instruksi dan pembelajaran dalam seni yang menghasilkan konten dari empat disiplin ilmu dasar yang berkontribusi penciptaan, pemahaman, dan penghargaan seni" (Dobbs, 9).

 

EMPAT DISIPLIN:

Ada empat konsep utama dalam DBAE yakni (1) Produk Seni kemahiran dan teknik untuk menghasilkan karya seni. Karya seni sebagaimana kita maklum, dinilai dan diteliti bukan cuma ketika sebuah karya sudah siap tetapi juga bagaimana proses ia dihasilkan.(2) Sejarah Seni. Seni berkembang sejak sekian lama dan terbentuk melalui pelbagai peradaban, kepercayaan, teknologi, budaya, dan ideologi yang turut menghasilkan pelbagai aliran. Perkembangan ini tidak akan berhenti cuma di sini. Ia akan  terus berkembang seiring dengan pemikiran manusia. Sejak penemuan karya-karya seni gua zaman pra sejarah di Perancis sehingga ke avant-garde dan pertembungan budaya timur barat hingga ke era teknologi menciptakan kepelbagaian dalam karya, sudut pemikiran dan pengaruh. Perlu dikaji pencapaian artistik masa lalu dan hadir sebagai motivasi, idola,  gaya atau teknik, dan perbincangan topik, terutama dalam kaitannya dengan budaya, politik, sosial, agama, dan ekonomi peristiwa dan gerakan. (3) Seni Kritik bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan menggambarkan, menginterpretasikan, menilai, teori dan hakimsifat dan kualiti dari bentuk visual, untuk tujuanmemahami dan menghargai karya seni dan pemahaman perananseni dalam masyarakat. (4) Estetika penilaian sifat, makna, kesan dan nilai seni,

 

IMPLEMENTASI DBAE:

• Adopsi Seluruh Distrik- menjamin anak-anak akan mendapatkan manfaat dari seni tersebut. program ini merupakan konsep berkesinambungan, jika mereka pindah dalam distrik sekolah dan menjamin kesempatan yang sama untuk belajar seni bagi semua anak di distrik tersebut.

• Instruksi Reguler- Harus ada minimal satu sampai dua jam instruksi dari minggu sekolah.

• Dukungan Administratif- Harus mempekerjakan personel atau staf yang diperlukan untuk mengajar seni, harus menyediakan persediaan dan sumber daya yang diperlukan untuk mengajar seni dan harus advokat untuk pendidikan seni di distrik tersebut.

• Keahlian Pendidikan Seni- Personil dan staf yang dipersiapkan secara profesional, konsultan, supervisi kurikulum, dan pengembangan staf.

• Evaluasi- Harus mengakses instruksi guru, prestasi siswa dan efektivitas program.

• Sumber Daya Komunitas- Museum seni, pusat seni, dan residensi seniman yang harus dikoordinasikan dengan kurikulum DBAE.

 

DBAE DAN GETTY CENTER SEKARANG

“Kondisinya tepat di awal 1980-an untuk pergeseran teoretis dalam seni pendidikan. Ketika J. Paul Getty meninggal pada tahun 1976, dia telah meninggalkan sebagian besar tanah miliknya kepada J. Paul Getty Trust. Pada saat itu individu-individu dituntut dengan administrasi Trust memutuskan, selain mempertahankan J. Paul Museum Getty, untuk memberikan kontribusi pada seni dan humaniora. Itu Getty Center for Education in the Arts (GCEA) dibentuk pada tahun 1982 untuk ex-dekan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan status pendidikan seni di Sekolah Amerika. Panggung sekarang diatur untuk infus yang belum pernah terjadi sebelumnya energi, sumber daya, dan tulisan dalam pendidikan seni, semuanya terfokus pada satu pendekatan, DBAE. Panggung juga diatur untuk yang belum pernah terjadi sebelumnya dan berapi-api debat akademis. ”(Delacruz, 70)

 

Kurikulum Konten dan Pedagogi

• Kurikulum berpusat di sekitar disiplin ilmu dan terstruktur.

• Model lain untuk mengakses karya seni meliputi: studi sosiologi, antropologi, dan budaya material.

• Getty Center mendorong para guru seni untuk melakukannya menggabungkan pendekatan pengajaran mereka sendiri itu termasuk masalah seni, sosial dan multi budaya.

• Kurikulum berpusat pada anak dan berpusat pada konten tidak terpisah lagi.

Seni Anak-anak

• Ekspresi masa kecil tidak kreatif.

• Tidak mempertimbangkan metode David Lowenfeld Akun.

• Anak-anak yang masih kecil didorong untuk membuat simbol mereka sendiri dan menggunakannya.

Tabel 2 dalam “Evolusi Pendidikan Seni Berbasis Disiplin” oleh Elizabeth Manley Delacruz dan Phillip C. Dunn (72).

PEMBENARAN

• Empat tujuan dasar pengajaran seni di kelas yang disajikan oleh Nasional Endowment for the Arts

- Peradaban

- Kreativitas

- Komunikasi

- Pilihan

• “Misalnya, seni adalah alat penting untuk memelihara pikiran, untuk berkembang fungsi intelektual dan sensorik yang menjadi dasar hampir semua perilaku dan keterampilan didasarkan." (Dobbs, 20)

• “Dengan mempelajari bahasa verbal dan bahasa nonverbal, siswa mendapatkan keuntungan

akses ke jenis pengalaman yang dimungkinkan oleh bentuk visual. " (Dobbs, 20-21).

 

DBAE Seni Rupa

Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin atau Disipline Based Art Education (DBAE) merupakan teori pembelajaran seni yang diperkenalkan oleh The Getty Centre for Education in the Arts pada tahun 1980-an yang menekankan ciri disiplin (ilmu) pada seni rupa dan bukan sekedar pelajaran seni rupa demi seni rupa itu sendiri.

Hasil belajar dalam DBAE harus dapat diamati dan dinilai dengan alat ukur formal (Hamblen, 1993). DBAE menunjukkan perubahan drastic dari pembelajaran seni rupa yang sebelumnya menekankan pada kebebasan bereskpresi, respons kreatif, dan produksi studio. Para tokoh pendidikan berpusat pada anak menolak DBAE dengan alasan bahwa DBAE mengabaikan individualitas, kemungkinan respons artistic yang ideosikratik, dan sifat holistic dari pembelajaran seni rupa. DBAE mendapat kritik bahwa pendekatan ini menekankan seni murni Barat, contoh-contoh karya seni rupa, dan pembelajaran yang formalistic. DBAE menekankan status seni rupa sebagai disiplin, yang menunjukkan bahwa produksi studio, kritik seni, sejarah seni, dan estetika dapat diintegrasikan. Namun demikian, integrasi seni dengan bidang pelajaran yang lain belum dikembangkan. Kritik seni cenderung berupa semacam artistic scanning, yaitu membahas karya seni rupa hanya berdasarkan aspek-aspek sensoris dan ciri-ciri bentuknya. Perhatian hanya terfokus pada karya seni rupa itu senditi dan tidak menyangkut fungsi sosialnya. Selain itu, penilaian dilakukan seperti pada mata pelajaran lain, yaitu tes objektif. 7 Pada tahun 1990-an para pendidik seni rupa melakukan pembaharuan terhadap DBAE dengan menambahkan materi pelajaran seni rupa multikultural.Tanggapan terhadap kritik bahwa DBAE menekankan keterampilan teknik dan kualitas formal, terdapat upaya menjadikan seni rupa lebih inklusif yang kritis secara sosial dan menjadi pelajaran yang meninjau isu perdebatanperdebatan dalam seni rupa. Pembaharuan DBAE lebih besar terjadi setelah adanya kebijakan kurikulum pendidikan yang dibuat oleh guru, dan DBAE kemudian menjadi terbuka bagi interpretasi. Para guru misalnya berdiskusi untuk mengembangkan isi kurikulum dan menyarankan agar program pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan populasi siswa. Teori DBAE yang asli menawarkan kepada pendidik seni rupa sebagai alternatif terhadap banyak rasional instrumental yang biasanya digunakan sebagai justifikasi pelajaran seni rupa, seperti seni rupa untuk meningkatkan skor membaca, mengembangkan kreativitas, dan mengembangkan konsep diri. Dalam kurikulum DBAE seni rupa tidak lagi menjadi pembantu mata pelajaran lain, pengabdi pada pendidikan umum, dan penutup kekurangan-kekurangan yang terdapat pada bidang pelajaran lain. Namun, sementara itu terdapat program yang memberikan seni rupa sebagai pelajaran terpisah dan juga dikaitkan dengan bidang-bidang pelajaran lain, yang dimaksudkan untuk mendukung pembelajaran bidang-bidang pelajaran tersebut. Dalam publikasi resmi DBAE (The J. Paul Getty Trust, 1985) dan kemudian dalam The Role of Discipline-Based Art Education in America’s School (Eisner, 1987), disajikan manfaat kognitif pembelajaran seni rupa. Seni rupa dibahas fungsinya dalam mengembangkan berpikir imajinatif, kemampuan membuat hipotesis, dan kecenderungan toleran terhadap ambiguitas. Namun, dalam publikasi ini, manfaat kognitif seni rupa hanya khusus untuk pelajaran seni rupa, bukan untuk bidang-bidang pelajaran yang lain. Berlawanan dengan publikasi setelah itu oleh The Getty Center (bersama-sama dengan National School Board Association, the National PTA, dan the National Conference of State Legislatures), manfaat kognitif seni rupa dihubungkan dengan pembelajaran bidang-bidang pelajaran yang lain. Seni rupa dinyatakan penting bagi pembelajaran secara umum dengan mengembangkan sebagai berikut: pemecahan masalah, penalaran kritis, keingintahuan, skor tes yang tinggi, berpikir kreatif, kecakapan interpersonal, penghargaan diri (self-esteem), dan keberanian mengambil resiko (risk taking). Pengakuan tersebut biasanya dinyatakan oleh para instrumentalis. Jadi, Neo-DBAE pada tahun 1990-an menunjukkan pelunakan pendirian DBAE dari integritas disipliner dan self-focused pelajaran seni rupa. 8 Penilaian hasil belajar seni rupa dengan cara konsisten dan terfokus merupakan bagian penting sejak lahirnya DBAE. Terdapat pernyataan bahwa pelajaran seni rupa dapat dinilai dengan berbagai cara, tetapi pada tahun 1980-an penilaian difokuskan pada penggunaan tes objektif. Terdapat pernyataan bahwa pelajaran seni rupa harus dinilai seperti pelajaran-pelajaran lainnya, dan bahkan dikembangkan bank soal tes pilihan ganda. Selanjutnya the Getty Center menyatakan bahwa penggunaan tes objektif tidak cukup berhubungan dengan pembelajaran seni rupa dan seharusnya digunakan bentuk-bentuk penilaian yang lebih bersifat kualitatif, misalnya penilaian portofolio. Neo-DBAE memiliki ciri postmodern bahwa pendekatan ini memiliki aspek-aspek multikulturalisme dan pengambilan keputusan secara kolektif. Pendekatan ini tanggap terhadap kebutuhan guru dan siswa dan memungkinkan hasil belajar yang bervariasi. Pembelajaran seni rupa dianggap bersifat holistik dan dapat diintegrasikan dengan bidang pelajaran lain atau digunakan untuk menunjan bidang pelajaran yang lain. Penilaian menggunakan pendekatanpendekatan kualitatif, dan isi kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan atau keadaan tertentu. Dalam buku pegangan DBAE (Dobbs, 1992), pendidikan seni rupa berbasis disiplin adalah suatu pendekatan terhadap pengajaran dan belajar seni rupa yang mengambil isi dari empat disiplin dasar untuk menunjang penciptaan, pemahaman, dan apresiasi seni rupa. Disiplin adalah bidang kajian yang menunjukkan tiga ciri: (1) memiliki body of knowledge atau isi yang diakui, (2) dikaji oleh suatu komunitas sarjana, dan (3) memiliki prosedur dan cara kerja yang khas untuk melakukan eksplorasi dan penyelidikan. Disiplin seni rupa memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman untuk menjadikan siswa memiliki pengalaman yang luas dan kaya dalam seni rupa dalam empat cara: (1) pembuatan karya seni rupa (produksi seni rupa), (2) merespon dan memberikan penilaian tentang sifat-sifat dan kualitas yang terwujud dalam bentuk visual (kritik seni rupa), (3) memperoleh pengetahuan tentang sumbangan seniman dan penciptaan karya seni rupa bagi kebudayaan dan masyarakat, dan (4) bagaimana orang memberikan justifikasi penilaian terhadap karya seni rupa (estetika). Karena merupakan pendekatan dan bukan kurikulum khusus, DBAE muncul dalam bentuk yang bervariasi. Variasi ini misalnya memilih salah satu atau lebih dari disiplin tersebut sebagai disiplin pokok untuk membantu siswa memahami karya seni rupa, mengutamakan lingkungan seperti museum atau komunitas seni rupa, atau mengikuti perkembangan teknologi 9 (misalnya video interaktif). Namun demikian, semua versi DBAE memiliki ciri-ciri tertentu yang sama: (1) seni rupa diajarkan sebagai mata pelajaran dalam pendidikan umum dengan kurikulum tertulis dan berjenjang mencakup isi pelajaran yang berasal dari keempat disiplin dasar seni rupa Pelajaran tersebut membentuk serangkaian pengetahuan kumulatif, pemahaman, dan keterampilan yang memadai untuk dievaluasi; (2) Kemapuan siswa dikembangan untuk membuat karya seni rupa (produksi karya seni rupa), menganalisis, menginterpretasikan, dan mengevaluasi bentuk visual (kritik seni rupa), mengenal dan memahami peranan seni rupa di masyarakat (sejarah seni rupa), dan memahami sifat-sifat dan kualitas unik seni rupa dan bagaimana memberikan penilaian terhadapnya dan memberikan justifikasi penilaian itu (estetika); (3) Seni rupa diimplementasikan di tingkat wilayah (distrik) dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, pengembangan staf, sumber-sumber belajar, dan penilaian siswa/guru/program. Dobbs, (1992) menjelaskan disiplin-disiplin seni rupa sebagai berikut: 1. Produksi karya seni rupa: Orang membuat karya seni rupa dengan menciptakan gambar yang memiliki ciri-ciri ekspresif dan estetik. Karya seni rupa menunjukkan kekuatan gambar untuk menyampaikan perasaan, pikiran, dan nilai-nilai, dan berbagai macam makna budaya dan sosial. Produksi kreatif karya seni rupa yang baru melibatkan manipulasi aktif bahan yang dipilih dengan menggunakan berbagai teknik yang memunculkan efek visual yang diinginkan. Orang-orang yang mengerjakan karya tersebut dikenal sebagai seniman dan ia terlibat dalam produksi seni rupa. 2. Sejarah seni rupa: Orang dapat memahami dan menilai sumbangan seni rupa di masyarakat dan kebudayaan dengan mempelajari seni rupa di berbagai konteks sejarah dan mengenal serta mengapresiasi kualitas setiap gaya yang dikembankan oleh seniman secara individual dan kelompok (kelompok seniman yang memiliki kesamaan pandangan atau teknik dalam berkarya). Hal ini memungkinkan karya seni rupa dapat dipahami baik dari segi kualitas estetik maupun pesan dan nilai-nilai yang diteruskan dari masa ke masa dan dari tempat ke tempat kepada generasi penerus dan kepada kebudayaan lain. Sejarah seni rupa adalah kajian ini berusaha memahami berbagai dimensi sejarah, budaya, dan gaya seni rupa. 3. Kritik Seni Rupa: Orang mengamati karya seni rupa dan merasakan pengaruh sifatsifat dan kualitas visual dalam karya seni rupa. Kritik seni adalah kegiatan mengasah kemampuan untuk mengamati karya seni rupa, menganalisis bentuk-bentuk, 10 memberikan interpretasi makna, memberikan penilaian secara kritis, dan berbicara atau menulis apa yang dilihat, dipikirkan, dan dirasakannya tentang karya seni rupa. 4. Estetika: Orang merenungkan pengalaman yang diperoleh dari pengamatan karya seni rupa, pengaruh dan maknanya. Penilaian terhadap karya seni rupa ditentukan oleh pemahaman tentang makna nilai-nilai seni rupa, ciri-ciri karya seni rupa, dan unsurunsur yang menjadikan keunikan pengalaman tersebut. Anak dan juga para filosof serta ilmuwan sosial memiliki keingintahuan yang besar dan mengajukan pertanyaanpertanyaan tentang seni rupa. Hal ini menunjukkan bahwa mereka melakukan kajian estetika, walaupun dengan kosa kata yang berbeda, Dalam implementasinya kurikulum DBAE mungkin berbeda-beda dari segi penekanan, detail, jenis kegiatan, contoh-contoh karya seni rupa dari berbagai budaya, dan aspek-aspek yang lain, tetapi semuanya memiliki ciri-ciri yang sama sebagai berikut: 1. Pelajaran yang tertulis, yang menjamin bahwa kegiatan pembelajaran dalam setiap tingkat kelas telah direncanakan dan dikoordinasikan dengan tingkat kelas yang lain. Hal ini memberikan kesinambungan dan menjadikan keberhasilan dalam program pelajaran seni rupa sebagai keberhasilan program itu sendiri dan bukan disebabkan oleh perubahan-perubahan siswa secara alami. 2. Pengorganisasi pelajaran secara berjenjang mencerminkan proses pembelajaran pemerolehan konsep sederhana sebelum konsep yang lebih kompleks, yang menjadikan siswa dapat membangun pengetahuannya, keterampian, dan pemahamannya sendiri, dengan cara yang jelas dan logis. 3. Karya seni rupa yang dihasilkan seniman dari berbagai budaya sangat penting bagi pengorganisasian kurikulum dan mengintegrasikan isi dari disiplin-disiplin seni rupa (produksi seni rupa, kritik seni rupa, sejarah seni rupa, dan estetika). Penggunaan karya seniman dewasa untuk kajian seni rupa dalam DBAE didasarkan pada kompetensi dan kekuatan yang melekat pada pada karya-karya tersebut untuk menghasilkan pemahaman tentang karya seni rupa. Dalam berkarya siswa dapat memanfaatkan inspirasi dan gagasan yang dikembangkan oleh seniman dewasa berdasarkan berbagai sumber sejarah, sosial, dan budaya, termasuk karya seni rupa yang terdapat di museum atau reproduksinya. 11 4. Isi yang seimbang di antara keempat disiplin seni rupa mencerminkan perhatian dan penghargaan terhadap berbagai cakupan seni yang member sumbangan bagi pengalaman siswa. Alokasi waktu dan perhatian yang disediakan bagi masing-masing bidang disiplin ini tergantung pada bentuk kurikulum DBAE yang digunakan, yang ditentukan berdasarkan pertimbangan dari aspek populasi siswa, sumber-sumber belajar, dan penekanan program pendidikan. Perlu ditekankan bahwa isi kurikulum DBAE harus diintegrasikan dari gagasan, bahan, dan sumber-sumber lain pada keempat disiplin seni rupa. 5. Kegiatan belajar yang tepat sesuai perkembangan diorganisasikan untuk mengoptimalkan pembelajaran siswa daan mengetahui pembelajaran yang tepat dan tingkat perkembangan. DBAE dapat disusun secara konsisten dengan seluruh pengetahuan yang telah dimiliki pendidik seni rupa dan pendidik lain tentang bagaimana anak tumbuh dan belajar dalam seni rupa. Sebagai contoh, guru dapat menyesuaikan DBAE dengan kebutuhan gender, ekonomi, dan budaya siswa. Peningkatan kompetensi siswa dalam mencipta, memahami, dan mengapresiasi seni rupa melalui pengajaran DBAE merupakan landasan DBAE. Oleh karena itu, penilaian prestasi belajar merupakan bagian integral dari program tersebut. Hasil penilaian merupakan umpan balik yang pentig bagi guru dan pengelola sekolah tentang kualitas pengajaran dan umpan balik pada pengembang kurikulum tentang efektivitas program (Dobbs, 1992). Pendidik seni rupa biasanya menolak testing standar yang berusaha mengkuantifikasikan perilaku siswa dalam seni rupa, dan memilih menggunakan pengukuran yang lebih kualitatif dan subjektif untuk menilai karya siswa. Pendekatan portofolio memerlukan guru untuk membuat penilaian kualitatif tentang perkembangan karya seni rupa dalam suatu rentang waktu, mempertimbangkan baik bentuk maupun isi dari karya ini dan juga kemampuan siswa dalam melakukan pengangan teknis bahan seni rupa. Pendekatan penilaian ini mengutamakan karya siswa sebagai ukuran akhir dari pelajaran seni rupa. Namun demikia, pendekatan yang komprehensif terhadap seni rupa memberi kesempatan kepada siswa untuk menampilkan kemampuan dan mencapai prestasi dalam beberapa cara, tidak hanya kemampuan yang tercermin pada produksi karya. Oleh karena itu, meskipun cocok untuk DBAE, pendekatan portofolio 12 studio tidak cukup memenuhi tugas guru untuk menilai bagaimana siswa memahami dan mengapresiasi karya seni rupa (Dobbs, 1992). Tidak seperti bidang pelajaraan lain, untuk penilaian dalam pelajaran seni rupa tidak terdapat penggunaan secara luas teknik atau instrumen penilaian, terutama untuk tingkat dasar, dalam disiplin sejarah seni rupa, kritik seni rupa, dan estetika. Lebih-lebih lagi, tidak ada National Assessment of Education Progress (NAEP) untuk seni rupa (Dobbs, 1992). Namun demikian, mengingat pentingnya menentukan apa yang dipelajari siswa dalam pelajaran seni rupa dan untuk membangun kredibilitas kurikulum di mata para penguasa sekolah, dewan sekolah, dan orang tua, sekarang telah mendorong pengembangan instrument penilaian yang memadai untuk tiap-tiap mata pelajaran, termasuk seni rupa. Biasanya tiap satuan pelajaran mengandung bagian evaluasi, dengan format yang berisi: (1) pertanyaan diskusi, (2) pertanyaan perbandingan (dengan slide atau reprouduksi lainnya), (3) esai tertulis, (4) portofolio, dan (5) latihan berkarya (Dobbs, 1992). Implementasi program pendidikan berbasis disiplin bervariasi sesuai dengan kedaaan daerah dan situasi lingkungan. Variasi ini terutama berkaitan dengan ketersediaan sumbersumber belajar yang ada di masyarakat, yang dapat dibagi menjadi jenis sebagai berikut: 1. Orang. Ketersediaan seniman yang bekerja di masyarakat, kritikus seni rupa di koran lokal, dosen sejarah seni rupa dan estetika, termasuk dosen yang mengajar antropologi, sosiologi, dan psikologi seni di perguruan tinggi memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan kontak langsung dengan para ahli di bidangnya, yang dapat membahas dan menunjukkan sumbangan-sumbangan bidang kajiannya bagi pemahaman dan penciptaan karya seni rupa. 2. Tempat. Masyarakat yang memiliki musem, galeri seni rupa, dan studio seniman memberi kesempatan kepada siswa untuk berkunjung dan melakukan kontak langsung dengan karya seni rupa dan orang yang membuat, mengkaji, memelihara, mengoleksi, dan memamerkannya. Tempat lainnya yang menjadi sumber belajar seni rupa adalah perpustakaan, rumah kolektor seni rupa, tempat umum yang menampilkan karya seni patung, dan arsitektur local. 3. Peristiwa. Banyak masyarakat yang memiliki festival seni rupa yang melibatkan partisipasi seniman. Museum menyediakan pameran, diskusi atau film yang terkait dengan pameran dan peristiwa-peristiwa seni rupa interdisipliner, di mana bentuk- 13 bentuk visual dieksplorasi bersama-sama dengan pertunjukan atau bentuk-bentuk seni sastra. Sumber informasi yang penting tentang peristiwa seni rupa lokal adalah koran atau majalah lokal, yang memuat kalender peristiwa seni rupa, tinjauan kritis, dan latar belakang seniman lokal dan pameran-pameran.

Tuesday, 6 October 2020

RANGKUMAN MATERI TENTANG “ APA ITU KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN SENI ”


 RANGKUMAN MATERI TENTANG APA ITU KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN SENI

 

Kurikulum adalah perangkat yang mengubah pikiran,kata Elliot Eisner dalam bukunya The Arts and the Creation of Mind Yale University Press, 2004. Kurikulum adalah kegiatan yang telah dipilih, diurutkan, atau diatur untuk memberikan arahan pada perkembangan kognitif siswa. Kurikulum juga deskripsi dari serangkaian kegiatan yang membawa relevansi dan vitalitas ke dalam kelas. Hasilnya kurikulum dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

 

Kurikulum adalah konten. Kurikulum juga kumpulan nilai yang berupa kegiatan pembelajaran sepanjang waktu. Ini adalah tentang apa yang dianggap penting oleh kelompok pembuat kebijakan atau perencana kurikulum (dan kelompok yang menasihati mereka) dalam bidang studi tertentu. Ini mencakup "pemahaman penting" dari bidang itu. Perlu waktu dan perhatian untuk mencapai kesepakatan tentang ide tersebut, tetapi diskusi akan sangat berharga dan keputusan yang dihasilkan tentang apa yang dimasukkan akan lebih dipahami dan lebih mungkin untuk mewakili sudut pandang. Kurikulum mengajarkan bahwa tidak semuanya bisa dimasukkan dalam pembelajaran. Eisner mengidentifikasi tiga jenis kurikulum adalah kurikulum implisit, eksplisit dan nihil.

 

Kurikulum Implisit

 

Eisner mengatakan tentang kurikulum implisit, Suasana kelas, norma sekolah, model penilaian, dan sejenisnya mengajar secara implisit. Kurikulum implisit dikembangkan oleh kabupaten dan terkandung dalam pernyataan visi atau misi suatu daerah. Kurikulum implisit sangat bergantung pada budaya sekolah, dan cara guru menyebarkan atau tidak menyebarkan nilai-nilai ini kepada siswanya. Mungkin ada pernyataan yang kedengarannya bagus mengenai gagasan ini seperti "semua siswa dapat belajar". Hasil berbasis luas biasanya berkaitan dengan pengembangan karakteristik yang akan melayani siswa dengan baik di dunia luar sekolah. Itu dimulai dengan persiapan akademis, gagasan tentang kewarganegaraan yang terinformasi, dan kebiasaan berpikir positif seperti kreativitas, keadilan, dan toleransi.

 

Kurikulum Eksplisit

 

Eisner mengartikan sebagai, Program formal sekolah, program yang direncanakan, diajarkan, dan bertingkat. Kurikulum ini terdiri dari mata pelajaran yang hampir semua orang akui diajarkan dengan satu atau lain cara. Kurikulum eksplisit di California mencakup semua disiplin ilmu yang mengadopsi kerangka kerja dan standar konten, seperti Bahasa Inggris / Seni Bahasa, Matematika, Sains, Sejarah Ilmu Sosial, Bahasa Asing, Pendidikan Jasmani dan, tentu saja, Visual dan Pertunjukan Seni. Nilai yang ditempatkan pada bidang kurikuler tertentu dapat diukur dengan waktu yang diberikan pada siswa dapat disiplin. Waktu adalah mata uang nilai di sebagian besar sekolah. Waktu yang dihabiskan juga ditentukan oleh apa yang didefinisikan oleh distrik sebagai " kurikulum inti ".

 

Kurikulum Nihil

 

Ada juga kurikulum lain, yang disebut Eisner sebagai "kurikulum nol". Apa yang tidak diajarkan bisa menjadi sama pentingnya dalam kehidupan seseorang seperti apa yang diajarkan, baik secara eksplisit maupun implisit. Kurikulum nol merupakan apa yang siswa di sekolah tidak pernah memiliki kesempatan untuk belajar. Gagasan tentang kurikulum nol ini memiliki implikasi yang besar bagi seni. Kurikulum mendefinisikan hal penting yang diharapkan siswa untuk dipelajari. Di California, kurikulum dipandu oleh standar konten yang diadopsi dari disiplin ilmu tertentu, dan tes yang akan dipelajari oleh siswa. Standar konten menempatkan hasil ke dalam istilah operasional. "Ide besar" atau "pemahaman abadi" yang spesifik dapat ditentukan untuk setiap disiplin, melalui kerja komite kurikulum, menggunakan berbagai sumber, termasuk tentu saja, standar.

 

VAPA framework mengasumsikan bahwa seni itu penting dan inti dan memberikan pernyataan alasan untuk dimasukkannya seni ke dalam kurikulum sekolah. Semua yang mendukung seni dan menyatakan apa yang mereka bawa ke dalam pengalaman belajar siswa. Banyak argumen "nilai tambah" yang menarik dan pragmatis dalam mendukung keterlibatan seni dalam kurikulum sekolah di semua tingkatan. Argumen dapat berkisar pada kompetensiyang lebih luas yang telah dikaitkan dengan partisipasi dalam tari, musik, teater, dan seni visual. Beberapa argumen nilai tambah yang dikemukakan dalam beberapa tahun terakhir membuat klaim tentang kontribusi seni untuk meningkatkan kinerja akademis.

 

Kebiasaan pikiran pendidik seni selalu memperhatikan perubahan filosofi pendidikan dan inovasi pembelajaran yang efektif, terutama ketika perubahan tersebut didorong oleh penelitian tentang bagaimana anak-anak belajar. Berbagai keuntungan belajar melalui studi seni umumnya diidentifikasi dan divalidasi dalam studi semacam itu. Pendidik seni dan semua pendidik yang memahami nilai seni dalam kehidupan siswa kami, juga memperhatikan tren dan pergeseran pemikiran yang lebih luas yang mendukung pandangan bahwa seni adalah, atau seharusnya, bagian dari kurikulum inti.

 

Jadi mengapa seni itu penting? karena semua alasan dan argumen sebelumnya yang dibahas di bagian ini. Tabel "Why the Arts Matter" menyatukan sejumlah alasan dari para pendidik dan organisasi tentang nilai pendidikan seni. Pandangan yang diungkapkan didasarkan terutama (tetapi tidak seluruhnya) pada nilai intrinsik seni. Pada seni untuk seni,atau yang dikatakan Eisner, tentang kebanggaan atas tempat pada apa yang membedakan seni. Dalam bagan ini, alasan untuk menilai pendidikan seni telah ditempatkan di bawah lima untaian konten VAPA. Yaitu untaian koneksi, hubungan, dan penerapan di sini lebih diperluas untuk mencakup apa yang disebut Hetland sebagai "kebiasaan pikiran" yang terkait dengan studi seni, yang merupakan perluasan yang masuk akal dari gagasan ini.

Thursday, 10 September 2020

RANGKUMAN MANAJEMEN PENDIDIKAN


 

1.  Pengertian Manajemen :

 

Secara umum :

Manajemen adalah sebuah proses dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara bekerja secara bersama dengan orang - orang dan sumber daya yang dimiliki organisasi. secara efektif dan efisen.

Para ahli :

Koontz

"Manajemen adalah suatu seni yang produktif yang didasarkan pada suatu pemahaman ilmu."

Koontz menambahkan, ilmu dan seni tidaklah bertentangan, namun masing masing saling melengkapi.

Stoner

"Ilmu Manajemen merupakan proses dalam membuat suatu perencanaan, pengorganisasian, pengendalian serta memimpin berbagai usaha dari anggota organisasi dan juga menggunakan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang ditetapkan."

Bahasa latin : maneggiare = manus = hand (tangan).

 

2. Ruang Lingkup Manajemen :

 

Lingkungan Luar (Eksternal) :

Lingkungan Umum, meliputi ekonomi, politik, hukum, sosio kultural (budaya), teknologi, dimensi internasional (seperti globalisasi dan paham ekonomi), dan kondisi lingkungan alam.

Lingkungan Khusus (tugas), meliputi pemilik (stockholder), customer, klien, pemasok (suplier), pesaing, suplai tenaga kerja, badan pemerintah, lembaga keuangan, media, dan serikat pekerja.

Lingkungan Dalam (Internal) :

Manusia (specialized dan manajerial personal)

Finansial (sumber, alokasi, dan control dana).

Fisik (gedung, kantor, dll.).

Sistem dan Teknologi.

Sistem Nilai dan Budaya Organisasi.

Untuk mengukur dan menganalisis lingkungan ini digunakan analisis SWOT.

 

3. Mengapa Alasan Manajemen Pendidikan Penting :


Manajemen pendidikan merupakan hal yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan, sehingga menghasilkan impact (dampak) yang diinginkan. Karena manajemen pendidikan merupakan suatu proses untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana dan prasarana pendidikan untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan.