Translate

Friday, 25 November 2016

DAMPAK KEKERINGAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP DI TANAH PAPUA


DAMPAK KEKERINGAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP DI TANAH PAPUA

Disusun oleh:
Resa Pangestu Putri
Kelas: X IPS 3
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 38 JAKARTA
Jl. Raya Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2016/2017

12610, Telp (021) 7270865

LEMBAR PENGESAHAN
Makalah yang berjudul tentang “Dampak Kekeringan Terhadap Lingkungan Hidup Di Tanah Papua” telah disahkan dan disetujui pada :
Hari       : Jumat
Tanggal : 25 November 2016

Disetujui oleh :

Guru Pembimbing (Geografi)



Hj. Yenni Rilza, S.Pd
NIP.195706261981032004

MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
·         Semua yang kita kerjakan tidak akan sia-sia, karena hasil tidak akan membohongi usaha itu sendiri.
·         Dibalik kesusahan (ujian) akan ada kemudahan.
·         Bermimpilah setinggi-tinggi nya karena awal sebuah kesuksesan berasal dari mimpi

PERSEMBAHAN
Hasil makalah ini di persembahkan kepada :
·         Kepala sekolah SMAN 38 Jakarta dan Bapak/ Ibu guru dan pembimbing yang telah membimbing saya
·         Orangtua dan keluarga yang telah mendo’akan, membiayai, mendukung, dan memberikan semangat sampai selesainya makalah ini.
·         Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan terus memberikan dukungan agar terselesai nya makalah ini.
·         Semua pihak yang membantu dan memberikan dukungan yang tidak bisa di sebutkan satu-persatu.

KATA PENGANTAR
Assalamu’ailaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan rahmat sehat jasmani ataupun rohani, dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul tentang “Dampak Kekeringan Terhadap Lingkungan Manusia Di Daerah Papua”  dapat di selesaikan sesuai dengan rencananya yang telah di tetapkan.
Dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak, maka segala macam hambatan dan rintagan dapat teratasi dengan baik. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
·         Kepala sekolah SMAN 38 Jakarta dan Bapak/ Ibu guru, pembimbing dan  staf yang banyak memberikan bantuan dalam pembuatan makalah ini.
·         Orangtua ( Ibu dan Bapak) dan keluarga yang telah mendo’akan, membiayai, mendukung, dan memberikan semangat sampai selesainya makalah ini.
·         Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan terus memberikan dukungan agar terselesai nya makalah ini.
·         Dan kepada semua pihak yang selalu mendo’akan penulis agar teselesaikan makalah ini yang tidak bisa di sebutkan satu-persatu.
Tak luput dari itu semua, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila, terjadinya ketidaksempurnaan dalam pembuatan makalah ini dengan harapan dari berbagai pihak yang bekerjasama. Karena manusia tak luput dari kesalahan itu sendiri.
Wassalamual'aikum Wr. Wb
Jakarta, 25 November 2016
                                                                                                           Penyusun


Resa Pangestu Putri








DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN                     
A. LATAR BELAKANG MASALAH....................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................ 1
C. TUJUAN PENULISAN.......................................................................... 2
D. MANFAAT PENULISAN...................................................................... 2
E. METODE PENULISAN......................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
 A. PENGERTIAN KEKERINGAN........................................................... 3
 B. PENGERTIAN KEKERINGAN MENURUT PARA AHLI............... 3
C. PENYEBAB KEKERINGAN................................................................ 4
D. FAKTOR-FAKTOR KEKERINGAN.................................................... 6
E. TANDA-TANDA KEKERINGAN........................................................ 8
F. AKIBAT KEKERINGAN....................................................................... 9
G. PENANGGULANGAN KEKERINGAN........................................... 12
BAB III PEMBAHASAN
A. KEKERINGAN DI TANAH PAPUA................................................. 15
B. PENYEBAB KEKERINGAN DI PAPUA.......................................... 15
C. AKIBAT DARI KEKERINGAN DI PAPUA..................................... 16
D. CARA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGANNYA........... 17
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN..................................................................................... 19
B. SARAN.................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 20
LAMPIRAN............................................................................................... 21

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Keadaan lingkungan di daerah Papua sekarang ini sangat memprihatinkan. Kerusakan lingkungan yang banyak di pengaruhi oleh keadaan alam sekitarnya, salah satunya fenomenanya adalah kekeringan. Kekeringan bisa terjadi karena berbagai faktor, yaitu dari alam ataupun tindakan yang dilakukan mahkluk hidup. Karena kurangnya kesadaran mahkluk hidup kepada masa depan lingkungan.
Lingkungan dan makhluk hidup memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya (saling membutuhkan satu sama lainnya). Jika terjadi fenomena kekeringan,  maka akan menganggu sistem hubungan timbal balik antar lingkungan dan makhluk hidup. Kemudian dapat merugikan kedua belah pihak.
            Penulis mengangkat judul makalah ini, atas dasar keadaan lingkungan kita semakin memprihatinkan yang jauh dari kesadaran masyarakat membuat masa depan bumi semakin kelam,  dan mungkin melalui ini kami menginformasikan kepada pembaca tentang hal-hal yang mencakup kerusakan lingkungan dari fenomena kekeringan yang berdampak kepada lingkungan hidup terjadi di daerah Papua.
  1. Rumusan Masalah
  1. Apa saja dampak kekeringan di Papua?
  2. Kapan terjadinya kekeringan di Papua? 
  3. Di daerah saja Papua yang terjadi kekeringan?
  4. Mengapa terjadi kekeringan di Papua (faktor penyebab)?
  5. Siapa yang menjadi korban kekeringan di Papua?
  6. Bagaimanakah usaha yang dilakukan untuk mencegah kekeringan kembali di Papua?
  1. Tujuan
  1. Mampu menjelaskan pengertian kekeringan.
  2. Mampu menjelaskan seluk beluk dari terjadi kekeringan di Papua.
  3. Mampu mengaplikasikan usaha untuk melestarikan lingkungan.
  4. Mampu meningkatkan potensi dalam pembuatan suatu makalah.
  1. Manfaat Penulisan
  1. Sebagai bahan pembelajaran untuk lebih peka terhadap gejala-gejala yang terjadi pada lingkungan.
  2. Mengetahui tentang seluk beluk dari kekeringan yang terjadi di Papua.
  3. Menyelesaikan tugas “pembuatan makalah tentang fenomena geografi”bahan pembelajaran Geografi.
  1. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam pembuatan makalah ini  adalah metode pustaka. Yang berasal dari sumber internet. Kemudian dikaji dan analisis untuk menarik sebuah kesimpulan, dan disusun secara sistematis.

BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Kodoatie (2008) “air merupakan sumber kehidupan. Semua makhluk membutuhkan air. Ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan, jadi air sangatlah dibutuhkan dalam menjalani kehidupan ini, lalu bagaimana jika dalam kurun waktu tertentu disekitar lingkungan kita kehabisan air?, lalu apa yang akan terjadi jika dilingkungan kita terjadi kekeringan?
A.    Pengertian Kekeringan
Kekeringan merupakan salah satu bencana yang sulit dicegah, Secara umum pengertian kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah dari kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Terjadinya kekeringan di suatu daerah bisa menjadi kendala dalam peningkatan produksi pangan di daerah tersebut. Di Indonesia pada setiap musim kemarau hampir selalu terjadi kekeringan pada tanaman pangan dengan intensitas dan luas daerah yang berbeda tiap tahunnya.
B.        Pengertian Kekeringan Menurut Para Ahli
  • Menurut Sheilia B. Red (1995)
Kekekeringan adalah pengurangan persediaan air atau kelembaban yanag bersifat sementara secara signifikan di bawah normal atau volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus. Dampak kekeringan muncul sebagai akibat dari kekurangan air, atau perbedaan antara permintaan dan persediaan air. Apabila kekeringan sudah mengganggu dampak tata kehidupan, dan perekoomian masyarakat maka kekeringan dapat dikatakan bencana.
  • Menurut Palmer (1965)
Kekeringan meteorologis suatu interval waktu yang mana suplai air hujan actual suatu lokasi jatuh/ turun lebih pendek dibandingkan suplai air klimatologis sesungguhnya (estimasi normal)
  • Menurut Changnom (1987)
kekeringan pertanian suatu periode ketika air tanah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air tanaman sehingga pertumbuhannya tetap, bahkan tanaman mati.
C.   Penyebab Kekeringan
Kekeringan di Indonesia merupakan persoalan yang memiliki dampak yang cukup signifikan utamanya dalam bidang pertanian. Kekeringan yang terjadi terlalu lama bisa berdampak pada turunnya produksi tanaman dan merugikan petani. Selain itu, produksi pertanian yang rendah akan berakibat pada menurunnya kondisi pangan nasional bangsa dan menyebabkan stabilisasi perekonomian mudah goyah. Hal lain yang bisa terjadi jika kekeringan terjadi terlalu lama adalah terganggunya sistem hidrolisis lingkungan dan manusia akan kekurangan air untuk dikonsumsi. Hal ini tentu sangat krusial sebab air merupakan salah satu unsur kehidupan yang mutlak tersedia untuk keberlangsungan hidup.
Mencermati dampak yang disebutkan di atas, sudah saatnya kita memandang kekeringan di Indonesia khususnya tidak terjadi semata-mata karena faktor alamiah saja. Memang bisa dipahami bahwa Indonesia terletak di wilayah geografis dimana Indonesia terletak diantara dua benua juga dua samudera. Sementara itu Indonesia pun terletak di sepanjang garis khatulistiwa. Semua fakta geografis ini membuat wilayah Indonesia rentan terhadap gejala kekeringan sebab iklim yang berlaku di wilayah tropis memang iklim monsoon yang diketahui sangat sensitive terhadap perubahan ENSO atau El-Nino Southern Oscilation. ENSO inilah yang menjadi penyebab utama kekeringan yang muncul apabila suhu di permukaan laut pasifik equator tepatnya di bagian tengah sampai bagian timur mengalami peningkatan suhu.
Meski demikian, para peneliti menyimpulkan bahwa anomaly ENSO tidak menjadi penyebab satu-satunya atas gejala kekeringan di Indonesia. Kekeringan umumnya diperparah penyebab lainnya diantaranya :
Terjadinya pergeseran daerah aliran sungai atau DAS utamanya di wilayah hulu. Hal ini membuat lahan beralih fungsi, dari vegetasi menjadi non-vegetasi. Sedangkan efek dari perubahan ini adalah sistem resapan air di atas yang menjadi kacau dan akhirnya menyebabkan kekeringan.
Terjadinya kerusakan hidrologis wilayah hulu sehingga waduk dan juga saluran irigasi diisi oleh sendimen. Hal ini kemudian menjadikan kapasitas dan daya tampung menjadi drop. Cadangan air yang kurang akan memicu kekeringan parah saat musim kemarau tiba.
Penyebab kekeringan di Indonesia lainnya adalah persoalan agronomis atau dikenal juga dengan nama kekeringan agronomis. Hal ini diakibatkan pola tanam petani di Indonesia yang memaksakan penanaman padi pada musim kemarau dan mengakibatkan cadangan air semakin tidak mencukupi.
D.        Faktor-Faktor Penyebab Kekeringan
Faktor-faktor penyebab terjadinya bencana kekeringan:
·         Lapisan tanah tipis
Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak akan bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat mengalami penguapan oleh panas matahari. Biasanya bencana kekeringan sering terjadi di daerah pegunungan kars,karena di daerah ini memiliki lapisan tanah atas yang tipis.
·         Air tanah dalam
Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke dalam lapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air dengan intensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lebih lama.Hal ini menyebabkan aliran-aliran air di bawah tanah (sungai bawah tanah) yang dalam,sehingga tanaman tidak mampu menyerap air  pada saat musim kemarau, karena akar yang dimiliki tidak mampu menjangkaunya. Air tanah yang dalam menyebabkan sumber-sumber mata air mengalami kekeringan di musim kemarau,karena air yang terdapat jauh di bawah lapisan tanah tidak mampu naik, sehingga kalaupun ada sumber mata air yang tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau, itu jumlahnya terbatas.
·         Tekstur tanah kasar
Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lama.Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam, karena tanah tidak mampu menahan laju air. Di lain sisi, air yang terkandung dalam tanah yang memiliki tekstur yang kasar akan mengalami penguapan relatif lebih cepat, karena rongga-rongga tanah jelas lebih lebar dan sangat mendukung terjadinya proses penguapan.
·         Iklim
Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan. Keadaan alam yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang terjadi. Sehingga mengakibatkan perubahan musim.
Misalnya: Akibat perubahan kondisi iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan lebih lama daripada musim penghujan, dengan musim kemarau yang lebih lama tentunya akan memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. Karena kebutuhan air kurang terpenuhi di musim kemarau.
·         Vegetasi
Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang lebih banyak,daripada tanaman lain, tentunya akan sangat menguras kandungan air dalam tanah.
Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah pegunungan karst yang rawan akan bencana kekeringan. Vegetasi lain yang dapat memicu kekeringan adalah tanaman bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat rumit, dan menutupi permukaan tanah (lapisan tanah atas) di sekitar bambu itu tumbuh. Sehingga kemungkinan tanaman lain untuk tumbuh sangat kecil. Dengan demikian tanaman yang seharusnya berfungsi untuk menyimpan air tidak ada atau terbatas jumlahnya.
·         Topografi
Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap kandungan air tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan memiliki kandungan air tanah yang lebih banyak daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini disebabkan karena air hujan yang diserap oleh tanah akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.Oleh karena itu air akan lebih banyak terserap oleh tanah di dataran yang lebih rendah.
Dengan kata lain.di dataran tinggi kemungkinan terjadi bencana kekeringan lebih besar daripada di dataran rendah. Karena dataran tinggi tidak mampu menyimpan air lebih lama.
E.   Tanda-Tanda Kekeringan
Ada gejala dan tanda-tanda akan terjadi kekeringan pada suatu wilayah, dan biasanya BMG bisa memprediksi bencana kekeringan. Gejala dan tanda-tanda bencana kekeringan antara lain sebagai berikut:
  • Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal dalam satu musim.
  • Tahap kekeringan, adalah terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan ketinggian muka air sungai, waduk, danau dan ketinggian muka air tanah.
  • Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air dalam tanah). Sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu. Akibatnya tanaman menjadi rusak atau mengering.
F.   Akibat Kekeringan
  • Fisik
a)      Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.
b)      Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.
c)      Kerusakan spesies tanaman.
d)     Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).
e)      Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan, berkurangnya daya pandang).
f)       Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak, sehingga sulit untuk dijadikan lahan pertanian.
g)      Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau menjadikan suhu udara sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari suhu udara sangat dingin.
  • Non fisik
a)      Ekonomi
-        Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan perikanan.
-       Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
-       Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara langsung.
-       Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi.
-       Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya energy.
-       Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian.
-       Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan.
-       Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait dengan kekeringan.
-       Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya kejenuhan pada lembaga-lembaga keuangan.
b)    Sosial Budaya
-       Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau debu mudah terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana, sehingga menimbulkan banyak gejala penyakit yang berhubungan dengan pernafasan. Banyak orang yang akan sakit flu dan batuk.
-       Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).
-       Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-kondisi yang terkait dengan kekeringan.
-       Konflik di antara penggunan air.
-       Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.
-       Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan bantuan pemulihan.
-       Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.
-       Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.
-       Kekacauan social, perselisihan sipil.
-       Pengangguran meningkat, karena yang tadinya bertani kehilangan mata pencaharian.
-       Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau bantuan pemulihan,banyaknya TKI (tenaga kerja indonesia) yang memilih keluar negeri.
c)     Politik
Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan penanggulangan bencana kekeringan. Badan khusus penanggulangan bencana juga harus dibentuk, seperti yang sudah dibentuk di Indonesia yanitu BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).


G.   Penanggulan Kekeringan
1.         Penanggulan sebelum bencana kekeringan
Usaha yang dilakukan untuk mencegah kekeringan antara lain:
  • Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
  • Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku untuk air bersih.
  • Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang ada di lingkungan tinggal kita.
  • Membuat waduk (embung)  disesuaikan dengan keadaan lingkungan
  • Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan plester semen atau ubin keramik.
  • Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air.
  • Memelihara sumber-sumber air.
2.   Penanggulangan saat terjadi bencana kekeringan
Usaha yang dilakukan untuk mencegah kekeringan antara lain:
  • Hindari  mengunakan air terlalu banyak saat mandi.
  • Hindari membiarkan air kran di wastafel hidup saat menggosok gigi, cuci muka atau mencukur.
  • Tempatkan ember di kamar mandi untuk menangkap kelebihan air saat mandi, dan air tersebut digunakan  menyiram tanaman.
  • Hindari pembilasan pada toilet yang tidak perlu.
  • Mengoperasikan mesin pencuci piring otomatis hanya saat piring kotor penuh dalam mesin.
  • Hindari membilas piring sebelum menempatkannya dalam mesin cuci piring, cukup   menghilangkan kotoran/ partikel besar makanan. (Sebagian besar mesin pencuci piring   dapat membersihkan piring kotor dengan sangat baik, sehingga piring tidak harus dibilas sebelum dicuci).
  • Hindari menggunakan air kran untuk mencairkan daging atau makanan beku lainnya, gunakan defrost di kulkas atau menggunakan pengaturan defrost pada oven microwave.
  • Mengoperasikan mesin pakaian otomatis hanya saat pakain kotor penuh atau mengatur tingkat air untuk ukuran beban pakaian.
  • Selalu mencari  pencuci mobil komersial yang mendaur ulang air.
  • Jika mencuci mobil sendiri, gunakanlah nozzle shut-off yang dapat disesuaikan.
  • Hindari penyiraman rumput dan tanaman secara berlebihan.
  • Periksa sistem sprinkler dan menyesuaikan penyiraman sehingga hanya rumput dan tanam yang disiram  bukan rumah, trotoar, atau jalan.
  1. Penanggulanan setelah terjadinya bencana kekeringan
Kekeringan di Indonesia biasanya terjadi di wilayah pertanian tadah hujan, wilayah irigasi golongan, wilayah gardu liar dan juga titik endemic kekeringan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai upaya untuk menanggulangi kekeringan di Indonesia, antara lain:
  • Memperbaharui paradigma petani terkait kebiasaan memaksakan penanaman padi di musim kemarau.
  • Membangun atau merehabilitasi jaringan sistem irigasi
  • Membangung serta memelihara wilayah konservasi lahan juga wilayah resapan air.
  • Mengaplikasikan juga memperhatikan lebih cermat peta rawa yang mengalami kekeringan.
  • Pemerintah menyediakan informasi perubahan iklim yang lebih akurat.


BAB III
PENJELASAN
  1. Kekeringan di Tanah Papua
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah V Jayapura mengeluarkan peringatan dini kekeringan di sejumlah kabupaten di Papua dan Papua Barat. Kekeringan itu di antaranya di Kabupaten Yahukimo, Yalimo, Memberamo Tengah, Lanny Jaya, Jayawijaya, Puncak Jaya, sebagian wilayah Asmat, Fak-fak, dan Sorong Selatan. 
  1. Penyebab Kekeringan di Papua
Kepala BMKG wilayah V Jayapura Zem Paddama mengatakan, secara umum wilayah Provinsi Papua bagian barat, tengah, dan utara, termasuk klasifikasi daerah yang terjadi kekeringan. Kemarau panjang ini diduga diakibatkan adanya faktor penurunan tingkat curah hujan di wilayah RI. 
Sementara, kata Zem Paddama, monitoring hari tanpa hujan dasarian 3 bulan ini, sebagian besar wilayah Papua sudah masuk dalam kategori sangat pendek, yakni 1-5 hari. Untuk kategori pendek berkisar 6-10 hari terjadi di wilayah Mamdda, Yansu, dan Nimbokrang. "Sebelum kemarau tiba sejak awal Juli lalu, terjadi peningkatan suhu di atas permukaan tanah dengan ketinggian lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut," sambung dia.
Namun, Zem Paddama menambahkan, meningkatnya suhu itu mengakibatkan munculnya embun beku yang terjadi 2 pekan, dan menyebabkan tanaman warga layu dan mati. Udara dingin ini sangat terasa di 3 kabupaten, seperti di Kabupaten Puncak, Kabupaten Lanny Jaya, dan Kabupaten Nduga.
  1. Akibat Kekeringan di Papua
Kekeringan dan cuaca ekstrem telah melanda sebagian wilayah Papua. Pada 1-10 Juli 2015 terjadi hujan salju di Kabupaten Nduga, Kabupaten Lani Jaya dan Kabupaten Puncak, Provinsi Papua yang menyebabkan pertanian puso atau gagal panen. Umbi-umbian dan hasil kebun tidak ada yang bisa dipanen. Cuaca dingin menyebabkan ternak mati dan sebagian warga sakit.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam rilisnya yang diterima redaksi Elshinta.com, Minggu (19/7) menjelaskan, ada 6 distrik, 21 kampung dengan 20.160 KK yang terdampak kekeringan di 3 kabupaten tersebut. Distrik yang terdampak parah adalah Distrik Kuyawage, Wano Barat, Kuwa Balim, Utpagga, Nenggejadin dan Agundugame," kata Sutopo.
Sutopo mengungkapkan, lokasi yang berada di ketinggian 2.700 meter DPAL dengan adanya keterbatasan kebutuhan dasar seperti permakanan, kebutuhan bayi/anak, obat-obatan dan radio komunikasi menyebabkan jatuhnya korban jiwa. "Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Lani Jaya ada 11 orang meninggal dunia, dimana 5 balita, 2 anak-anak dan 4 dewasa," katanya.
Diakui Sutopo, pihak BNPB menerima laporan kejadian tersebut dari BPBD Papua pada Selasa (14/7). "Kepala BNPB, Syamsul Maarif, telah memerintahkan Deputi Penanganan Darurat BNPB untuk segera mengirimkan bantuan berkoordinasi Kemensos, BPBD Papua dan Pemda setempat," tambahnya.
Menurut Sutopo, bantuan permakanan 13,4 ton yang ada di BPBD Papua dan 15 ton beras dikirim ke Kabupaten Nduga, Kabupaten Lani Jaya, dan Kabupaten Puncak pada 17-19 Juli 2015. Pada 17-7-2015 bantuan beras dan logistik telah didistribusikan ke Distrik Agundugame Kabupaten Puncak dan Distrik Kuyawage Kabupaten Lani Jaya. "Pengiriman bantuan dengan pesawat carter Susy Air menggunakan landasan darurat yang ada di dekat daerah terdampak," kata Sutopo,.
BNPB menyiapkan dana siap pakai Rp 250 juta untuk pengiriman logistik. Untuk menjangkau Distrik Kuyawage, Wano Barat dan Kuwa Balim Kab Lani Jaya diperlukan waktu 10 hari jalan kaki dari ibukota Lani Jaya.
  1. Cara Pencegahan dan Penanggulan di Papua
  • Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana Kekeringan di Papua :
a)      Penyusunan peraturan pemerintah tentang pengaturan sistem pengiriman data iklim dari daerah ke pusat pengolahan data.
b)      Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala prioritas penggunaan air dengan memperhatikan historical right dan azas keadilan.
c)      Pembentukan pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah.
d)     Penyediaan anggaran khusus untuk pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan.
e)      Pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan
f)       Memberikan sistem reward dan punishment bagi masyarakat yang melakukan upaya konservasi dan rehabilitasi sumber daya air dan hutan/ lahan.
Jika lebih dirincikan, tahap mitigasi bencana kekeringan adalah sebagai berikut:

  • Pra bencana
a)      Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
b)      Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku untuk air bersih.
c)      Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang ada di lingkungan tinggal kita.
d)     Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
e)      Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan plester semen atau ubin keramik.
f)       Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air
g)      Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya.
h)      Panen dan konservasi air


BAB IV
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Kekeringan adalah merupakan salah satu bencana yang sulit dicegah dan datang berulang. Secara umum pengertian kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah dari kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan.
Berdasarkan klasifikasi kekeringan tersebut, maka prioritas penanggulangan bencana kekeringan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing daerah. khusus untuk kekeringan yang disebabkan oleh ketidaktaatan para pengguna air dan pengelola prasarana air, diperlukan komitmen dari semua pihak untuk melaksanakan kesepakatan yang sudah ditetapkan. Kepada masyarakat perlu dilakukan sosialisasi yang lebih intensif, sehingga memahami dan melaksanakan pola pengguna air sesuai peraturan/ketetapan.
  1. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, saran yang perlu diperhatikan yaitu:
·         Perlunya pemahaman lebih dalam mengenai kekeringan yang dampak nya berakibat buruk jika terjadi
·         Perlunya tanggung jawab dari setiap individu dalam menjaga lingkungan di sekitar agar lingkungan tetap terjaga
DAFTAR PUSTAKA





LAMPIRAN
Lampiran 1:
Warga rela mengambil air keruh untuk menambah persediaan air



bencana-kekeringan-kupangLampiran 2:
Warga kesulitan mendapat air




photo-png-elnino-drought-P1050868
Lampiran 3:
Warga mengumpulkan hasil panen jagung.