Translate

Showing posts with label SEJARAH. Show all posts
Showing posts with label SEJARAH. Show all posts

Tuesday 19 January 2021

RANGKUMAN SEJARAH SENI RUPA MODERN INDONESIA


1. PERINTIS (1817-1880)

Masa awal seni rupa modern di Indonesia, dipelopori oleh Raden Saleh

Kondisi Indonesia: sedang dalam penjajahan belanda

Ciri khas: lukisan bergaya naturalisme dan romantisme

Tokoh: Raden Saleh Syarif Bustaman.

Jenis: satwa liar, pemandangan alam yang dramatis, dan cahaya alami emosionalyang biasa dilukiskan

Makna: lukisan mengandung paradoks dan gambaran keagungan, kekejaman, cerminan harapan religiusitas, dan ketidakpastian takdir

Alat dan Bahan: pensil gambar dan kanvas ex luar negeri yang di tempelkan di atas hardboard , juga pewarnaan sangat halus dan peka (sensitif)

Dampak : Sejumlah pelukis memanfaatkan suasana politik seperti ini untuk menciptakan karya lukis yang bermanfaat bagi Islam. Hal ini merupakan munculnya pengaruh Islam dalam seni lukis modern di Indonesia

 

2. MOOI INDIE (1878-1900an)

Hindia Molek adalah julukan Sujoyono kepada seniman seniman Eropa dan sedikit seniman Indonesia yang melukiskan keindahan eksotis nusantara dari kacamata barat.

Kondisi Indonesia: sosial ekonomi yang mendukungnya, dan pada akhir abad ke 19 muncul kebijakan politik etis (ethische politic).

Ciri khas: objek alam yang indah, adanya nilai spiritual, tidak bersifat perjuangan,

Tokoh: Abdullah Soerjo Soebroto, Wakidi, Mas Pirngadie, dan Basoeki Abdullah

Jenis: gunung, sawah, pohon dan gadis berkebaya yang biasa dilukiskan

Makna: kehangatan alam yang berbeda dengan wilayah Eropa

Dampak: maraknya orang-orang yang menjual lukisan di pinggir jalan, untuk menarik perhatian orang untuk datang berwisata

 

3. PERSAGI/MASA CITA NASIONAL (1937-1942)

Tahun 1930-an di Indonesia, ditandai dengan munculnya beragam pemikiran dan kegiatan intelektual di tanah jajahan Belanda. Bumi putera lulusan sekolah yang didirikan di awal abad 20 mulai menjelajahi kehidupan modern, termasuk dunia intelektual.

Kondisi Indonesia: kemerosotan besar di bidang ekonomi yang membuka kesadaran politik pada masyarakat Indonesia, dan membuat pemikiran humanis liberal dan progresifme sekuler di kalangan elite pelajaran di Hindia Belanda.

Ciri khas: tidak mementingkan teknik lebih mementingkan pencurahan jiwa, tema perjuangan rakyat, nilai psikologis, tidak terikat kepada obyek alam yang nyata, didasari oleh semangat dan keberanian yang mencerminkan kepribadian bangsa

Tokoh: Sudjojono, Agus Djaja Suminta, Otto Djaja, Emirias Soenasa, Abdul Salim, Sindu Sisworo, dan Hendrodjasmoro

Dampak: Indonesia sedang berjuang untuk mendapatkan hak yang sejajar dengan bangsa lain, terutama hak untuk merdeka dari penjajahan asing. Sebagai langkah perjuangannya, S. Sudjojono dan Agus Jayasuminta bersama kawan-kawannya mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia)

 

4. PENDUDUKAN JEPANG

Masa pendudukan Jepang adalah satu-satunya periode di mana jumlah penduduk tidak meningkat secara berarti. Pendudukan Jepang di Indonesia dirasakan sebagai malapetaka baru atau paling tidak dirasakan sebagai suatu penderitaan dan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia.

Kondisi Indonesia: kegiatan seni dan kebudayaan dipusatkan pada Keimin Bunka Sidhoso (pusat kebudayaan), sikap pemerintah Jepang yang anti terhadap Belanda

Ciri khas: lanjutan periode Persagi, sudah menyadari pentingnya revolusi seni lukis untuk kepentingan revolusi, dan adanya fasilitas (kanvas, cat minyak, model, studio, ruang pameran, kursus) secara gratis

Alat dan Bahan: cat minyak dan kanvas yang berkualitas rendah.

Tokoh: Affandi, Basuki Abdullah, Agus Djaja Suminta, Hendra Gunawan, S.Sudjojono, Barli, Emiria Soenassa

Dampak: Para seniman mendapat banyak pengetahuan dan materi serta teknik tentang seni dari Jepang, kegiatan pameran membuat masyarakat mengenal tentang seni berpengaruh terhadap politik dan kebudayaan, dan juga seniman muda dapat memperkaya penciptaan karya pada masa kini

 

5. PASCA KEMERDEKAAN (SETELAH 1945)

Setelah Jepang keluar dari bumi Indonesia, dunia seni lukis mendapatkan angin segar. Masa kemerdekaan benar-benar mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya

Kondisi Indonesia: Keadaan negara setelah proklamasi kemerdekaan 1945 tidak menghentikan aktivitas kesenian, saat itu seni lukis di jadikan media untuk berjuang

Ciri khas: lukisan bergaya realisme, impresionisme, exspresionisme dengan warna-warna dekoratif, dan model nya adalah anggota keluarga pelukis

Tokoh: Affandi, Basuki Abdullah, Hendra Gunawan, dan S. Soedjojono

Jenis: alam, perempuan, dan realita

Makna: menggunakan tema perjuangan rakyat dilihat dari banyaknya bentuk poster perjuangan dan pelukis, dan menggambarkan realita yang memprihatinkan

Dampak: pengalaman peristiwa tersebut mempunyai makna sosial besar menjadi endapan yang kuat pada bawah sadar seniman untuk mengangkat tema kerakyatan yang dijadikan semangat juang bangsa

 

6. AKADEMIK (1950)

15 Januari 1950 di resmikanlah berdirinya akademi seni rupa Indonesia (ASRI)

Kondisi Indonesia:institusi seni yang ada bertujuan menciptakan manusia yang siap menyikapi pembangunan bangsa Indonesia

Ciri khas: para pelukisnya berasal dari pendidikan formal

Tokoh: Widayat, Bagong Kusudiharjo, Edhi Sunarso, Saptoto, G. Sidharta, Abas Alibasyah, Hardi, Sunarto, Siti Rulyati, Mulyadi, Irsam, Arief Sudarsono, Agus Dermawan, Aming Prayitno, dan lainnya

Makna: untuk mengedepankan pembangunan bangsa dengan seni rupa

Dampak: lebih menghargai setiap peran(terkenal/tidak terkenal) yang andil dalam pembangunan seni rupa bangsa Indonesia

 

7. SENI RUPA BARU (1974)

Tokoh pendiri GSRB sebagai usaha dari sekelompok akademisi atau mahasiswa seni rupa yang menentang monopoli seni oleh sekelompok seniman senior

Kondisi Indonesia: adanya Peristiwa Malari, Desember Hitam, kebijakan depolitisasi yang dikeluarkan pemerintah dan Peristiwa G30SPKI melakukan kudeta, akibatnya seniman takut untuk berbicara politik dan melukis rakyat

Ciri khas: tidak ada disiplin tertentu, eksperimental, pembebasan dari suatu ketetapan, dan mengedepankan kreatifitas

Tokoh: Agus Tjahjono, Anyool Soebroto, B. Munni Ardhi, Bachtiar Zainoel, Muryoto Hartoyo, dan lainnya

Makna: Mencita-citakan seni rupa yang lebih hidup, dalam arti tidak diragukan kehadirannya, wajar, berguna, dan hidup meluas di kalangan masyarakat.

Dampak: mencetuskan aliran yang tidak dapat dikelompokkan pada aliran/corak yang sudah ada dan merupakan corak baru dalam seni rupa Indonesia. 

 

8. POSTMODERN (1980-SEKARANG)

Seni rupa Postmodern merupakan  gabungan dari penyederhanaan bentuk dan sedikit ornamen, yang lebih bebas tanpa terikat aturan tertentu.

Kondisi Indonesia: dua dekade terakhir para seniman  muda  sudah merasa tidak  terwakili  dalam peristiwa penting pertukaran budaya antar negara ASEAN maupun Asia, lalu adanya peristiwa Biennale Seni Rupa IX ini juga menandai suatu fase perubahan, yaitu surutnya  kaum  tua secara alamiah karena usia, dan naiknya  para pemberontakmuda

Ciri khas: Tidak adanya sekat tertentu antar berbagai disiplin seni, bersifat (radikal dan kontroversial), media tidak terbatas,dan objek (ekspresif, dinamis, dan mencolok)

Tokoh: Nyoman Nuarta, Jim Supangkat, Agus Suwage, Danang Christanto, Tisna Sanjaya, Edo Pillu, Gregorius Sidharta, dan Samuel Indratma

Makna:  mengangkat tema politik dan kehidupan sosial, contoh kesetaraan antara etnis dan gender, HAM, lingkungan hidup, nilai tradisi, dan persatuan. Yang membuat masyarakat lebih peka terhadap keadaan sekitar

Dampak: sebuah stimulus bagi pelukis lain untuk membuka lahan pemikiran baru, sehingga mampu mengoptimalkan kemampuan ekspresi yang tidak terbatas baik dari media, tema, dan lainnya. Namun hal ini juga menyebabkan kebingungan karena tidak adanya pegangan nilai yang absolut.

Saturday 26 December 2020

Monday 17 August 2020

BIOGRAFI MUHAMMAD SYAFEI TOKOH PENDIDIKAN YANG TAK BANYAK DIKETAHUI






 

BIOGRAFI TOKOH

 

Nama: Dr. (H.C.) Muhammad Syafei

Tempat, tanggal lahir  : Ketapang, Kalimantan Barat (21 Januari 1896)

Wafat : 11 November 1966 (pada umur 70 tahun)

Dikenal : Seorang tokoh pendidikan Indonesia.

Orangtua angkat : Ibrahim Marah Soetan (Ayah angkat) dan Andung Chalijah (Ibu angkat)

Istri : Joanna Sicrie

Anak : 3 orang anak

Jabatan : Menteri Pengajaran Republik Indonesia ke-3

Masa jabatan : 12 Maret 1946 2 Oktober 1946

Penghargaan : Doctor Honoris Causa dari IKIP Padang (1968).

Almamater : Kweekschool, Fort de K

Riwayat pendidikan:

Tahun 1908, sekolah Raja (Kweekschool tamat pada 1914) oleh Marah Rusli (Penulis Siti Nurbaya)

Tahun 1914, sekolah melukis di Batavia.

Mengajar di sekolah Kartini.

Tahun 1916, menempuh ujian untuk menjadi guru gambar (lulus dengan baik).

Tahun 1922, sekolah bidang pendidikan kerajinan tangan di Belanda (biaya sendiri dan bergabung dengan Perhimpunan Indonesia, sebagai ketua seksi pendidikan).

Mendapat kesempatan mengajar di sekolah rendah di Mookhoek, Rotterdam.

Tahun 1925, ia kembali ke tanah air dan bertekad ingin mendirikan sebuah sekolah.

 


BIOGRAFI AYAH TOKOH

Nama: Ibrahim Marah Soetan

Tempat lahir : Padang/Kayu Tanam, Padang Pariaman

Lahir : Tahun 1872 atau 1863

Wafat : Tahun 1954 (umur 82 atau 91)

Pekerjaan : Pengajar

Istri : Andung Chalijah

Anak Kandung : Hannibal (meninggal dini)

Anak angkat : Muhammad Sjafei dan Sukardi

Agama : Islam

Dikenal : Seorang tokoh pendidik nasional

Jabatan : Menteri Pengajaran Indonesia pada Kabinet Sjahrir II.



KATA-KATA MUTIARA TOKOH

 

Cari sendiri dan kerja sendiri.

(dikutip dari: Aliran-aliran Baru dalam Pendidikan dan pengajaran, Percetakan Dagang Usaha,Payakumbuh, 1958, hal. 91)

Belajar, bekerja, dan berbuat.

Alam terkembang jadi guru.

Belajarlah dari alam dan pelajarilah alam itu.

Jangan  minta  buah  mangga  kepada  pohon rambutan, tapi jadikan setiap pohon buahnya manis.

Setiap insan memiliki talenta berbeda.

Jadilah engkau menjadi engkau!

Sekolah  mengasah  kecerdasan  akal budi murid, bukan membentuk manusia lain.

 

 

KONTRIBUSI TOKOH PADA PENDIDIKAN

 

Mendirikan INS

Nama : Indonesische Nederland School

Tanggal : 31 oktober 1926.

Tempat : Di Kayu Tanam, sekitar 60 km di sebelah Utara Kota Padang.

Luas lahan : 18 hektar

Sumber keuangan : Sumbangan dan penjualan buku tulisan M. Syafei

Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Tujuan : Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan (berfikir, berbuat, menentukan pilihan, dan berpikir berdasarkan kenyataan.)

M. Syafei ingin menghilangkan penyakit pendidikan, yaitu verbalisme.

Verbalisme dalam pendidikan akan menghasilkan anak ibarat orang membuat kue, bagaimana bentuk cetakannya begitulah bentuk kuenya. Sistem pendidikan yang begini akan menghasilkan manusia yang sempit alam fikirannya atau tidak berguna di masyarakat.

Mengutamakan proses

Lebih diharapkan apabila proses kerjanya baik dan hasil kerjanya juga baik. Dengan demikian M. Syafei mempergunakan dalam sistem pendidikannya proses kerja yang baik dengan hasil yang baik.

 

 

TEORI DAN KONSEP TOKOH

 

3 H (Head, Heart dan Hand)

Dasar pendidikan yang dikembangkan oleh Moh. Syafei adalah kemasyarakatan, keaktifan, kepraktisan, serta berpikir logis dan rasional. Berkenan dengan itulah maka isi pendidikan yang dikembangkannya adalah bahan-bahan yang dapat mengembangkan pikiran, perasaan, dan ketrampilan atau yang dikenal dengan istilah 3 H (Head, Heart dan Hand). Implikasi terhadap pendidikan adalah:

Mendidik anak-anak agar mampu berpikir secara rasional

Mendidik anak-anak agar mampu bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh.

Mendidik anak-anak agar menjadi manusia yang berwatak baik.

Menanamkan rasa cinta tanah air.

Mendidik anak agar mandiri tanpa tergantung pada orang lain

Menumbuhkan etos kerja

Indonesia hidup  di  alam  khatulistiwa  dengan  bumi  yang  subur, tetapi masyarakatnya sebagian  tidak  memiliki etos kerja dan hidup dalam budaya santai.

Mengakui alam raya

Bangsa yang  beragama  seharusnya  mengakui  alam  raya  sebagai sunnatullah yang wajib dipedomani dan dipelajari. Alam memiliki gerak dinamis dan pola dealektis yang harmonis.

Mengagalkan sistem menjadi priyayi elit

Sistem dan tujuan pendidikan penjajah membentuk manusia priyayi yang elit,  bukan  mendidik  manusia  memiliki  etos  kerja,  aktif  dan kreatif serta mandiri yang dibutuhkan bangsa untuk merdeka.

Pembagian ruang jenjang pendidikan

Seperti ruang rendah (7 tahun, setara SD untuk masa sekarang), ruang dewasa (4 tahun sesudah ruang rendah, setara sekolah menengah untuk masa sekarang), dan sebagainya. Terdapat pula program khusus untuk menjadi guru, yakni tambahan satu tahun setelah ruang dewasa untuk pembekalan kemampuan mengajar dan praktik mengajar (Said, 1981: 57-69).

Memasukan materi-materi keterampilan

Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia saat ini, sudah banyaknya sekolah-sekolah yang memasukan materi atau unsur ketrampilan-kerajinan (menggambar, pekerjaan tangan dan sejenisnya) dalam setiap mata pelajaran menandakan bahwa pandangan M. Syafei memang sesuai dengan tujuan dari pemberian pendidikan kepada anak-anak Indonesia.

Penerbitan buku-buku

Selain itu Ruang Pendidik INS Kayu Tanam juga menyelenggarakan usaha lain sebagai bagian dari mencerdaskan kehidupan bangsa, yakni penerbitan Sendi (majalah anak-anak), buku bacaan dalam rangka pemberantasan buta huruf/aksara dan angka dengan judul Kunci 13, mencetak buku-buku pelajaran dan lain-lain. Usaha-usaha ini berperan besar bagi perkembangan pendidikan di Indonesia saat ini, karena merupakan awal tonggak untuk masyarakat Indonesia mulai sadar bahwa pentingnya pendidikan.

 

 

KESIMPULAN

 

Mohammad Syafei adalah tokoh pendidikan nasional yang berasal dari Sumatra Barat, perjuangan beliau juga dititik beratkan pada bidang pendidikan. Pendidikan yang di tempuh  adalah sekolah raja di Bukittinggi, kemudian belajar melukis di Batavia tahun 1914 dan mengajar di sekolah Kartini. Tahun 1922 ia menuntut ilmu di Negeri Belanda. Tahun 1925 ia kembali ke tanah air dan bertekad ingin mendirikan sebuah sekolah.

Karyanya yang fundamental adalah mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische Nederland School (INS) di Kayu Tanam, Sumatra Barat pada tanggal 31 Oktober 1926. Saat Indonesia merdeka ia diangkat menjadi ketua Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan dan mendirikan ruang pendidikan dan kebudayaan di Padang. Di samping itu Moh.Syafei pernah diangkat menjadi menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam kabinet Syahril II, serta pernah menjadi angggota DPA.

Filsafat pendidikan Moh.Syafei mendasarkan konsep pendidikannya pada nasionalisme dalam arti konsep dan praktik penyelenggara pendidikan INS Kayu Tanam didasarkan pada cita-cita menghidupkan jiwa bangsa Indonesia dengan cara mempersenjatai dirinya denan alat daya upaya yang dinamakan aktif kreatif untuk menguasai alam.

Pandangan pendidikan Moh. Syafei sangat dipengaruhi oleh aliran Devolepmentalisme, terutama oleh gagasan sekolah kerja yang dikembangkan oleh John Dewey dan George Kerschensteiner, serta pendidikan alam sekitar yang dikembangkan oleh Jan Ligthart.

Fungsi pendidikan menurut Moh.Syafei adalah membantu manusia keluar sebagai pemenang dalam perkembangan kehidupan dan persaingan dalam penyempurnaan hidup lahir dan batin antar bangsa (Thalib Ibrahim,1978:25).

Manusia dan bangsa yang dapat bertahan ialah manusia dan bangsa yang dapat mengikuti perkembangan masyarakat atau zamannya. Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk secara terus menerus kesempurnaan lahir dan batin anak dapat mengikuti perkemangan masyarakat yang selalu mengalami perubahan dan kemajuan. Kurikulum yang dikembangkan adalah kurikulum pendidikan dasar dan beberapa mata pelajran yang khusus. Sedangkan metode pendidikannya adalah sekolah kerja, pekerjaan tangan dan produksi kreasi. Dasar pendidikan yang dikembangkannya adalah kemasyarakatan, keaktifan, kepraktisan serta berpikir logis dan rasional.

Mendidik anak agar mampu bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh, menjadi anak yang berwatak baik dan mandiri. Dalam pelajaran anak diperlakukan sebagai subjek bukan objek. Guru berperan sebagai manajer  dan fasilitator untuk menciptakan situasi agar siswa aktif berbuat.


UNTUK KALIAN YANG LEBIH SUKA MENYIMAK ARTIKEL INI LEWAT VIDEO BISA KLIK DISINI ADALAH AKUN SAYA YANG LAIN. TERIMAKASIH :))))