Translate

Showing posts with label TRANSFORMASI DIGITAL. Show all posts
Showing posts with label TRANSFORMASI DIGITAL. Show all posts

Tuesday 8 September 2020

ESAI SOSIAL MEDIA DAN GENERASI MILENIAL



 ESAI SOSIAL MEDIA DAN GENERASI MILENIAL

 

Generasi milenial seperti yang semua kita ketahui adalah generasi yang lahir ditahun 2000an. Generasi yang selalu mementingkan sifat efisien dan efektif. Dikarenakan semakin majunya teknologi yang ada di Indonesia. Hal ini mempermudah para generasi milenial mengakses dunia maya.

 

Menurut survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) ada 49,52% pengguna internet Indonesia yang berasal dari generasi milenial. Ini membuktikan bahwa generasi milenial menguasai dunia maya saat ini. Hal ini menguntungkan karena dengan banyak nya para generasi muda menggunakan teknologi tentu banyak juga dari mereka yang sadar bahwa kemajuan teknologi itu penting.

 

Terbukti setiap ada hal baru, mereka akan berlomba-lomba untuk menyebarluaskan informasi tersebut. Contoh nya kasus Covid-19 atau yang biasa kita sebut corona ini, mereka semua menyebarkan himbaun-himbauan dalam menanggani pandemik yang sedang meruak di dunia ini di seluruh sosial media mereka.

 

Dengan ada akses internet ini juga para generasi milenial menjadi sangat aktif dalam pengguna sosial media. Dikarenakan dengan sosial media memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan orang yang jauh tak perlu lagi kita menunggu bertatap muka dengan lawan bicara kita, berbagi informasi dapat secara realtime, mencari teman yang memiliki ketertarikan yang sama, meningkatkan kualitas individu, lahan bisnis, dan lain-lain.

 

Tak hanya manfaat saja yang ada pada sosial media ini, ada dampak buruknya juga. Seperti maraknya pornografi, kejahatan media masa, pelanggaran privasi, berita-berita bohong, ataupun SARA, dan masih banyak lagi. Hal ini dikarenakan kurang bijaknya para generasi milenial dalam memanfaatkan sosial media. Seharusnya  penggunaan sosial media ini diberikan berbagai peraturan--peraturan agar tidak semua dapat mengakses suatu tayangan. Namun memang solusi terbaik adalah dari diri kita sendiri yang harus pintar dalam menggunakan sosial media.

 

Dapat diumpamakan sosial media itu seperti pisau, jika di pengguna pisau nya pintar maka pisau itu dapat sangat berguna untuk memotong sayur, daging, buah-buahan, dan digunakan untuk memasak. Tetapi lain cerita kalau si pengguna ini tidak pintar atau pun jahat, biasa jadi pisau digunakan untuk membunuh atau merusak sesuatu. Jadi kita tidak bisa menyalahkan berkembangnya teknologi terutama sosial media, seharusnya kita lebih fokus pada peningkatan kualitas manusia sebagai pengguna terutama para generasi milenial penerus bangsa.

 

 

Resa pangestu putri


Wednesday 19 August 2020

RINGKASAN MATERI DISTRUPSI

 RINGKASAN MATERI DISTRUPSI

 

# Pengertian Disrupsi

Secara bahasa, disruption artinya gangguan atau kekacauan; gangguan atau masalah yang mengganggu suatu peristiwa, aktivitas, atau proses (disturbance or problems which interrupt an event, activity, or process).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian disrupsi adalah hal tercabut dari akarnya.

Menurut Merriam-Webster, disrupsi adalah tindakan atau proses mengganggu sesuatu: istirahat atau gangguan dalam perjalanan normal atau kelanjutan dari beberapa kegiatan, proses, dll.

Secara praktis, disrupsi adalah perubahan berbagai sektor akibat digitalisasi dan Internet of Thing” (IoT) atau “Internet untuk Segala”.

 

# Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Era Distrupsi

 

1. Jangan pernah berhenti berinovasi

2. Jangan “berlindung” di bawah regulasi

3. Manfaatkan teknologi

4. Jangan pernah merasa merasa puas

5. Ciptakan hubungan yang “Customer Oriented”

 

# 10 Syarat terbentuknya Digital Marketplace:

 

1) Apakah marketplace yang anda kembangkan mampu memenuhi tuntutan perilaku baru yang menghendaki kemudahan & efisiensi?

2) Apakah marketplace ini mampu memberi value yang lebih besar dari metode/pasar/cara pengumuman yang selama ini telah ada?

3) Apakah marketplace ini memanfaatkan teknologi yang menjamin efisiensi?

4) Apakah marketplace ini mampu mengonsolidasi pasar yang terfragmentasi?

5) Apakah marketplace ini mempermudah para pemasok untuk bergabung?

6) Apakah marketplace ini mampu melayani permintaan dalam jumlah besar?

7) Apakah marketplace ini bisa diperluas penggunaanya sehingga bisa dipakai untuk

8) melayani mereka yang selama ini belum atau tak terlayani?

9) Apakah marketplace ini mampu melayani kebutuhan anda sehari-hari?

10) Apakah situs marketplace ini mampu mengonsolidasikan pembayaran?

11) Apakah marketplace ini mampu mendongkrak efek jejaring?

 

# Berakhirnya Kapitalisme

 

Hasil dari perdebatan mengenai teori-teori klasik pada awal abad ke-20 akhirnya disaksikan pada awal abad 21. Pada abad ke-20 dunia menyaksikan dialekita antara dua isme yaitu: Kapitalisme VS Marxisme.

Menurut pandangan Schumpeter, krisis demi krisis yang dialami negara-negara penganut kapitalisme dipandang sebagai metode penyembuhan atau penemuan kembali.“Wirausaha”adalah orang-orang yang berani mengambil resiko. Karena kreatifitasnya wirausaha berpontensi menghancurkan temuan-temuan atau bisnis-bisnis yang telah memasuki usia penuaan dengan cara baru yang disebut“creative destruction

 

# Konsekuensi

 

1. Disruption menyerang hampir semua incumbent (pelaku lama dan para pemimpin pasar.

2. Menciptakan pasar baru yang selama ini diabaikan oleh incumbent yaitu kalangan yang menduduki dasar piramida.

3. Disruption menimbulkan dampak deflasi (penurunan harga) karena biaya mencari (searching cost) dan biaya transaksi (transaction cost) praktis menjadi 0 rupiah. Selain itu juga timbul gerakan berbagi (sharing resources) yang mampu memobilisasi pemakaian barang- barang konsumsi ke dalam kegiatan ekonomi produktif.

 

# Perbedaaan Sustaining dan Distruptive

 



# Penyebab

 

1. Legacy Cost

Beban atau biaya yang muncul akibat ketentuan hukum yang berlaku

 

2. Perubahan Skala Ekonomi

Inovasi lain yang menggeser skala ekonomis

 

3. Hukum Probabilitas

Probabilitas pendatang baru bisa bertahan sangat kecil

 

 

# Penutup

 

Dalam tulisannya tentang Era Disrupsi, Profesor Johanis Ohoitmur menjelaskan bahwa postmodernisme dengan kritik terhadap modernitas pernah berperan penting dalam membantu manusia menghadapi globalisasi.

Kini peran paham filosofis tersebut sudah bergeser oleh disruption. Disrupsi bukan hanya guncangan yang menghancurkan tapi juga inovasi yang mendatangkan perubahan positif, yang membangun lingkungan sosial masyarakat menjadi kreatif dan modern. Penulis sendiri merasa bisa mengkolaborasikan dua pandangan yang saling bertolak belakang antara Fukuyuma dan Christensen.

Kini penulis setuju bahwa disruption membawa kehancuran pada tatanan sosial, namun di satu sisi kehancuran itu ibarat biji gandum yang mati, kini tumbuh subur dan berbuah lebat. Disruption memudahkan banyak orang untuk berkomunikasi, mengembangkan pengetahuan tapi di lain pihak menciptakan jarak yang lebar antara orang-orang di suatu lingkungan sosial.

Menyebarkan hoax tapi di sisi lain juga ajaran spiritual. Gereja Katolik lewat Paus Fransiskus, menyadari bahwa perkembangan teknologi yang kian canggih dapat menjadi sarana penyebar suka cita Injil yang ampuh.

Ilmu pengetahuan pun punya dua pilihan mendisrupsi atau didisrupsi? Mendisrupsi berarti mengkontekstualkan dengan kebutuhan dan perkembangan agar menggiring modal sosial seperti keluarga pada arah yang benar, dan didisrupsi berarti dirubah oleh guncangan yang membuat ilmu pengetahuan menjadi kaku dan ketinggalan.